Kenaikan harga emas ini juga diikuti oleh penguatan sejumlah komoditas lain. Bitcoin tercatat naik 0,3% menjadi US$115.369,55, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) menguat 1,3% ke posisi US$59,65 per barel.
Pergerakan harga emas kali ini didorong oleh gejolak di pasar saham global yang menurun tajam pada akhir pekan lalu setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali melontarkan ancaman untuk menaikkan tarif impor terhadap seluruh barang dari China hingga 100%. Namun, di sisi lain, Trump juga mengisyaratkan peluang kesepakatan dagang dengan Beijing, yang memberi angin segar bagi pelaku pasar.
Baca Juga : Ramuan Obat Kuat Stamina Pria dengan Akar dan Buah Pinang
Kontrak S&P 500 futures tercatat naik lebih dari 1% di awal perdagangan Asia, menandai adanya respons positif terhadap pernyataan Trump tersebut. Sementara itu, saham berjangka di Australia dan Hong Kong dibuka melemah, sedangkan pasar Jepang tutup karena libur nasional.
Gejolak pasar saham pada perdagangan Jumat lalu membuat indeks acuan AS anjlok hingga 2,7%, penurunan terbesar dalam enam bulan terakhir. Tekanan tersebut dipicu oleh rencana pemerintah AS untuk mengontrol ekspor perangkat lunak penting, sebagai balasan atas kebijakan China yang membatasi ekspor tanah jarang.
Meski situasi masih bergejolak, para analis menilai sinyal kompromi dari Gedung Putih menjadi faktor utama yang menahan pelemahan lebih dalam. Hal ini juga tercermin dari penguatan tipis mata uang berisiko, termasuk dolar Australia, pada perdagangan Senin pagi.
Dengan kondisi pasar global yang masih dipenuhi ketidakpastian geopolitik dan potensi kebijakan proteksionisme, para investor cenderung kembali memilih emas sebagai aset lindung nilai (safe haven). Para analis memperkirakan tren kenaikan harga emas akan bertahan jika tensi dagang AS–China belum menunjukkan kepastian konkret dalam waktu dekat.(SE)