SUKABUMI – Di tengah derasnya modernisasi kuliner, aroma kopi susu kekinian dan roti panggang ala luar negeri kian mendominasi sudut kota. Namun di Sukabumi, masih ada ruang bagi rasa lokal untuk bernafas. Warung prasmanan Jalur Sunda di kawasan Jalur Lingkar Selatan menjadi salah satu penjaga warisan itu sederhana, hangat, dan autentik.
Warung ini menyajikan menu yang akrab di lidah orang Sunda: bebek goreng, gurame bakar, ayam goreng, sayur asem, tumis kangkung, hingga capcay. Tidak ada plating mewah atau aroma kafe modern. Hanya piring nasi, lauk kriuk, sambal pedas, dan senyum ramah pemilik warung. Namun justru di situlah letak keistimewaannya keaslian tanpa kepura-puraan.
Yang menarik, setiap Jumat, Jalur Sunda membagikan menu gratis tradisional seperti seupan jagong, seupan hui, dan kacang ijo kepada pengunjung. Bukan sekadar promosi, tapi bentuk kecil dari nilai berbagi dan gotong royong yang melekat pada budaya Sunda.
Baca Juga : Ramuan Obat Kuat Stamina Pria dengan Akar dan Buah Pinang
Di balik aroma masakan dan dentingan sendok di piring, warung seperti Jalur Sunda menyimpan pesan penting: kuliner tradisional bukan hanya urusan perut, tapi juga identitas. Ia mencerminkan cara hidup, nilai kebersamaan, dan kearifan lokal yang diwariskan turun-temurun.
Sayangnya, banyak warung semacam ini perlahan tersisih oleh industri kuliner besar. Di sinilah peran masyarakat dan pemerintah dibutuhkan. Dukungan tidak harus besar cukup dengan menyediakan ruang promosi, pendampingan digitalisasi UMKM, atau kunjungan rutin agar usaha lokal tetap hidup.
Ketika banyak yang sibuk mencari cita rasa modern, mungkin sudah saatnya kita kembali ke meja makan sederhana mencicipi kriuk bebek goreng, sayur asem hangat, dan segelas air teh manis di warung Jalur Sunda. Di sanalah kita belajar bahwa menjaga rasa adalah cara paling indah untuk menjaga budaya.(SE)
The post Warung Jalur Sunda Sukabumi, Oase Kuliner Lokal di Tengah Modernisasi Rasa first appeared on Sukabumi Ku.